MODEL
PEMBELAJARAN PARTISIPATIF
Pengertian
Model Pembelajaran Partisipatif.
Pembelajaran
Partisipatif (Participative Teaching and Learning) ”merupakan model
pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran”. Pembelajaran partisipatif pada intinya
dapat diartikan sebagai upaya atau cara pendidik untuk mengikut sertakan
peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yang meliputi tiga tahap, yaitu tahap
perencanaan program, pelaksanaan program dan penilaian program. Ketiga tahapan-tahapan
tersebut dapat diuraikan penjelasannya sebagai berikut :
a. Tahap
perencanaan (Program Planning) adalah keterlibatan peserta didik dalam
kegiatan mengidentifikasi kebutuhan belajar, permasalahan, sumber-sumber atau
potensi yang tersedia dan kemungkinan hambatan dalam pembelajaran.
b. Tahap
pelaksanaan program (Program Implementation) adalah keterlibatan peserta
didik dalam menciptakan iklim yang kondusif untuk belajar. Dimana salah satu
iklim yang kondusif untuk kegiatan belajar adalah pembinaan hubungan antara
peserta didik, dan antara peserta didik dengan pendidik sehingga tercipta
hubungan kemanusiaan yang terbuka, akrab, terarah, saling menghargai, saling
membantu dan saling belajar.
c. Tahap
penilaian program (Program Evaluation) adalah keterlibatan peserta didik
dalam penilaian pelaksanaan pembelajaran maupun untuk penilaian program
pembelajaran. Penilaian pelaksanaan pembelajaran mencakup penilaian terhadap
proses, hasil dan dampak pembelajaran.
Dalam dunia
pendidikan banyak dijumpai berbagai model pembelajaran yang masing-masing
berciri khas berbeda-beda, untuk mengidentifikasi bahwa suatu pembelajaran
dikatakan menggunakan model pembelajaran partisipatif dapat diketahui melalui
tingkat keikutsertaan peserta didik dalam pembelajaran dan kerjasama sosial
antar peserta didik dan pendidik. Disamping itu terdapat indikator-indikator
yang menunjukkan ciri-ciri model pembelajaran partisipatif seperti yang
dikemukakan oleh E.Mulyasa dengan meminjam pemikiran Knowles, Dia menyebutkan indikator
pembelajaran partsipatif, yaitu :
(1) Adanya
keterlibatan emosional dan mental peserta didik;
(2) Adanya
kesediaan peserta didik untuk memberikan kontribusi dalam pencapaian tujuan;
(3) Dalam
kegiatan belajar terdapat hal yang menguntungkan peserta didik.
Selain
indikator-indikator di atas terdapat juga ciri-ciri khusus dari model
pembelajaran partisipatif yang dapat dilihat dari kegiatan pembelajarannya yang
meliputi:
a) Sumber
belajar menempatkan diri pada posisi yang tidak serba mengetahui terhadap semua
bahan belajar. Memandang warga belajar sebagai sumber yang mempunyai nilai dan
manfaat dalam kegiatan belajar.
b) Sumber
belajar memainkan peranan membantu warga belajar dalam melakukan kegiatan
belajar. Kegiatan belajar ini didasarkan atas kebutuhan belajar warga belajar.
c) Sumber
belajar memotovasi warga belajar agar berpartisipasi dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan dalam mengevaluasi program pembelajaran yang dijalaninya.
d) Sumber
belajar bersama warga belajar melakukan kegiatan saling membelajarkan dalam
bentuk bertukar fikiran mengenai isi,proses, dan hasil belajar serta
pengembangannya.
e) Sumber
belajar berperan membantu warga belajar dalam menciptakan situasi pembelajaran
yang kondusif, sehingga warga belajar dapat melibatkan diri secara aktif dan
bertanggungjawab dalam proses kegiatan pembelajaran.
f) Sumber
belajar mengembangkan kegiatan belajar kelompok.
g) Sumber
belajar mendorong warga belajar untuk meningkatkan semangat berprestasi,
semangat berkompetisi menghadapi tantangan yang berorientasi pada perbaikan
kehidupan yang lebih baik.
h) Sumber
belajar mendorong dan membantu warga belajar untuk mengembangkan kemampuan
memecahkan masalah di dalam dan terhadap kehidupan yang dihadapinya sehari-hari.
i) Sumber
belajar dan warga belajar secara bersama-sama mengembangkan kemampuan
antisipasi dan partisipasi.
j) Pembelajaran
mencapai otonomi dan integrasi dalam kegiatan individual dan kehidupan
sosialnya.
Untuk lebih
memperjelas pengertian model pembelajaran partisipatif perlu juga diketahui
prinsip-prinsip landasan pelaksanaanya, seperti dikemukakan oleh Sudjana, bahwa
pembelajaran partisipatif biasanya dilandaskan pada prinsif-prinsif :
1) Berdasarkan
Kebutuhan Belajar (Learning Needs Based). Kebutuhan belajar adalah
setiap keinginan atau kehendak yang dirasakan dan dinyatakan oleh seseorang,
masyarakat, atau organisasi untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai
dan/atau sikap tertentu melalui kegiatan pembelajaran. Kebutuhan ini bersumber
dari peserta didik atau calon peserta didik.
2) Berorientasi
pada Tujuan Kegiatan Pembelajaran (Learning Goals and Objectives Oriented).
Tujuan pembelajaran disusun dan dirumuskan berdasarkan kebutuhan belajar
peserta didik dengan mempertimbangkan latar belakang pengalaman peserta didik,
potensi yang dimiliki, sumber-sumber yang tersedia di lingkungan, serta
hambatan yang mungkin ada.
3) Berpusat
pada Peserta didik (Participant Centered). Kegiatan pembelajaran yang
dilakukan didasarkan atas dan disesuaikan dengan latar belakang kehidupan
peserta didik. Selain itu, peserta didik dilibatkan dalam merumuskan tujuan,
mengoperasionalkan program, dan mengevaluasi hasil kegiatan.
4) Berangkat
dari Pengalaman Belajar (Experiential Learning). Prinsip ini memberi arah
bahwa kegiatan pembelajaran partisipatif disusun dan dilaksanakan dengan
berangkat dari hal-hal yang telah dikuasai oleh peserta didik atau dari
pengalaman yang telah dimiliki peserta didik.
Teori-teori dan
Teknik Pembelajaran Partisipatif.
Dalam
pelaksanaannya pembelajaran partisipatif dilandasi oleh berbagai teori-teori.
Di antara sejumlah kajian teori pembelajaran tersebut, ada dua teori yang
seringkali dijadikan landasan dalam penyelenggaraan pembelajaran partisipatif.
Kedua teori tersebut adalah :
a. Teori
Asosiasi,
Menurut
teori Asosiasi, kegiatan pembelajaran akan efektif apabila interaksi antara
pendidik dengan peserta didik dilakukan melalui stimulus dan respons (S-R).
Kegiatan pembelajaran adalah proses menghubungkan stimulus (S) dengan respons
(R). Berdasarkan teori ini, pembelajaran makin efektif apabila peserta didik
makin giat belajar dan makin tinggi kemampuannya dalam menghubungkan stimulus
dan respons. Prinsip-prinsip yang digunakan dalam teori ini adalah: kesiapan (readiness)
berkaitan dengan motivasi peserta didik, latihan (exercise) yaitu
kegiatan berulang peserta didik dalam menghubungkan stimulus-respons, dan
pengaruh (effect) yang berhubungan dengan hasil kegiatan dan manfaat
yang dirasakan langsung oleh peserta didik dalam dunia kehidupannya. Prinsip „pengaruh‟
berkaitan pula dengan penciptaan suasana, penghargaan, celaan, hukuman, dan
ganjaran. Jika kita telaah lebih lanjut, di samping hal-hal positif dari teori
Asosiasi, kita menemukan adanya hal-hal yang negatif dari teori ini. Di
antaranya, teori ini mengenyampingkan peranan minat, kreativitas, dan apirasi
peserta didik. Selain itu teori ini juga lebih menekankan peluang belajar
individual, dominasi kemampuan pendidik atau sumber belajar lainnya dalam menciptakan
stimulus.
b. Teori Medan
(Field theory)
Teori Medan (Field
theory) dikembangkan oleh Kurt Lewin. Teori ini mengutamakan
pentingnya pengalaman peserta didik, berorientasi pada pemecahan masalah, serta
berperannya motivasi. Aktivitas peserta didik dalam pembelajaran dilakukan
dalam suatu konteks „wilayah kehidupan‟ atau ruang hayat (life space)
peserta didik. Wilayah kehidupan merupakan lingkungan fisik dan psikis yang
berhubungan dengan peranan peserta didik dalam pembelajaran. Life space juga
berkaitan dengan tujuan, kebutuhan, dan kesadaran individu (peserta didik). Dalam
pandangan teori Medan, peserta didik merupakan subjek yang memiliki kemampuan
berpikir aktif dan kreatif, dapat mengidentifikasi masalah, menganalisis dan
mencari alternatif pemecahan masalah, serta mampu melakukan kegiatan pemecahan
masalah. Dengan demikian, menurut teori Medan, kegiatan pembelajaran akan
efektif apabila peserta didik merasa butuh untuk belajar, menyadari bahwa
belajar itu penting bagi perubahan dirinya, serta ikut ambil peran dalam
merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Implikasi dari
pandangan ini terhadap pembelajaran partisipatif ialah peserta didik tidak
melakukan pembelajaran individual tetapi belajar kelompok.
Pembelajaran
partisipatif merupakan fenomena yang sedang tumbuh dalam pendidikan, baik
pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah. Setiap jenis pembelajaran
menggunakan metode dan teknik yang disesuaikan dengan faktor-faktor yang ada
disekelilingnya. “Agar pembelajaran partisipatif berjalan efisien dan efektif
mencapai sasarannya, maka diperlukan metode dan teknik-teknik pembelajaran
partisipatif”. Di era pendidikan sekarang banyak sekali teknik pembelajaran
yang dapat dipakai dalam pembelajaran partisipatif. Masing-masing teknik
mempunyai kekuatan dan kelemahan. Selain itu, masing-masing teknik mungkin
lebih cocok dilakukan pada tahap tertentu, tetapi beberapa teknik dapat dipakai
pada beberapa tahap pembelajaran yang berbeda. Berikut ini diberikan gambaran
umum tentang beberapa teknik pembelajaran partisipatif:
1. Teknik
belajar melalui tukar delegasi antar kelompok (Jigsaw Learning)
Teknik ini
merupakan proses kegiatan yang memberikan pelatihan kepada peserta didik untuk
terbiasa melakukan diskusi dan bertanggung jawab secara individu untuk membantu
memberi pemahaman tentang materi pokok kepada teman-teman diskusinya.
Langkah-langkah pelaksanaan teknik ini adalah sebagai berikut:
a. Pilih
materi pembelajaran yang dapat dibagi menjadi beberapa segmen (bagian).
b. Bagilah
peserta menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah segmen yang ada, jika
jumlah peserta 25 sedang segmen yang ada 5 maka masing-masing kelompok terdiri
dari 5 orang.
c. Setiap
kelompok mendapat tugas membaca, memahami, dan mendiskusikan serta membuat
ringkasan materi pembelajaran yang berbeda.
d. Setiap
kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok lain untuk menyampaikan apa yang
telah mereka pelajari di kelompoknya.
e. Kembalikan
suasana kelas seperti semula kemudian tanyakan seandainya ada
persoalan-persoalan yang tidak terpecahkan dalam kelompok.
f. Berilah
peserta didik pertanyaan untuk mengecek pemahaman mereka terhadap materi yang
dipelajari.
g. Guru
melakukan kesimpulan, klarifikasi, dan tindak lanjut.
2. Teknik
Turnamen Belajar (Learning Tournament)
Teknik ini
dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawannya, teknik ini dapat digunakan untuk
mengembangkan pelajaran atas macam-macam fakta, konsep, dan keahlian yang luas.
Langkah-langkah pelaksanaan teknik ini adalah sebagai berikut:
a. Bagilah
peserta didik dalam tim yang terdiri atas 2-8 anggota. Masing-masing tim harus
memiliki jumlah yang sama.
b. Berilah
materi untuk dibahas bersama.
c. Kembangkan
beberapa pertanyaan untuk menguji pemahaman dan/ mengingat materi pelajaran.
Gunakan bentuk yang menggunakan skor mudah, seperti pilihan ganda atau isian.
d. Berikan
serangkaian pertanyaan kepada peserta didik, sebagai “babak pertama” untuk
turnamen belajar. Setiap peserta didik harus menjawab pertanyaan secara
pribadi.
e. Setelah
pertanyaan-pertanyaan diberikan, sediakan jawaban dan mintalah peserta didik
menghitung pertanyaan yang mereka jawab secara benar. Kemudian suruhlah mereka
menyatakan skor mereka kepada anggota lain dalam tim tersebut untuk mendapat
skor tim. Umumkan skor masing-masing tim.
f. Mintalah
tim mempelajari lagi turnamen pada babak kedua. Kemudian mintalah tes
pertanyaan yang lebih banyak sebagai bagian “babak kedua”. Mintalah sekali lagi
tim menyatakan skornya dan tambahan satu skor kepada gilirannya.
g. Anda dapat
melakukan beberapa ronde seperti yang anda sukai. Akan tetapi, pastikan
membolehkan tim memiliki sesi untuk belajar antara ronde.42
3. Teknik
Delphi.
Teknik ini pada
dasarnya merupakan proses kegiatan kelompok dengan menggunakan jawaban-jawaban
tertulis dari para calon peserta didik atau para pakar terhadap
pertanyaan-pertanyaan tertulis yang diajukan kepada mereka. Kegiatan ini
bertujuan untuk melibatkan para calon peserta didik atau para pakar dalam
membuat keputusan bersama sehingga keputusan-keputusan itu lebih berbobot dan
menjadi milik bersama. Langkah-langkah pelaksanaan teknik ini adalah sebagai
berikut:
a. Pelatih
atau perencana program menyusun daftar pertanyaan yang berkaitan dengan
kemampuan, kebutuhan belajar, tujuan belajar, masalah dan hambatan.
b. Pelatih
atau perencana program menghubungi para calon peserta didik atau para pakar
yang akan terlibat dalam pelatihan
c. Pelatih
atau perencana program mengirimkan daftar pertanyaan, dan meminta peserta untuk
mengisi dan mengembalikan daftar pertanyaan tersebut kepada pelatih.
d. Pelatih atau
perencana program menganalisa jawab
e. Berdasarkan
hasil analisa di atas, pelatih atau perencana program membuat lagi
pertanyaan-pertanyaan yang lebih khusus dan terperinci.
f. Pelatih
atau perencana program melakukan langkah (c) dan (d).
g. Pelatih atau
perencana program merumuskan dan menetapkan keputusan berdasarkan informasi
tersebut. 43
4. Teknik Diad.
Teknik ini
merupakan teknik belajar partisipatif yang melibatkan dua orang yang berkomunikasi
secara lisan maupun tulisan. Teknik diad sangat cocok dilakukan pada tahap
pembinaan keakraban, khususnya kalau peserta belum saling mengenal. Teknik ini
digunakan agar peserta lebih mengenal satu sama lain dan lebih akrab, sehingga
akan mengurangi atau meniadakan hambatan komunikasi di antara para peserta.
teknik ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Mula-mula
pelatih meminta peserta untuk mencari seorang pasangan dari antara peserta yang
lain.
b. Kemudian
pelatih memberikan pokok-pokok yang harus ditanyakan secara bergantian oleh
masing-masing pasangan, misalnya: nama, umur, pendidikan, pekerjaan, minat,
kegemaran, latar belakang keluarga, alasan mengikuti pelatihan, dll. Hasil
wawancara disusun secara tertulis berdasarkan urutan pertanyaannya.
c. Apabila
pasangan diad sudah selesai saling mewawancarai, masing-masing peserta diminta
memperkenalkan pasangannya kepada seluruh kelompok. Cara memperkenalkannya
dapat diselingi dengan guyonan, nyanyian, deklamasi, dan sebagainya.
d. Pelatih
dapat memberikan komentar singkat setelah setiap pasangan melaporkan hasil
wawancaranya. Sebaiknya komentar yang diberikan merupakan humor, tetapi jangan
sampai menyakiti hati orang yang dikomentari. 44
5. Teknik
Kelompok Kecil.
Dalam teknik
ini peserta dapat mengungkapkan pikiran, gagasan atau pendapat tentang pokok
pikiran atau topik yang dibahas. Melalui kegiatan ini peserta dapat tukar
menukar informasi tentang topik yang dibahas sehingga dapat dicapai kesepakatan
di antara peserta. Hasil dari diskusi kelompok kecil ini kemudian dapat
dibagikan dalam kelompok besar, yaitu di hadapan seluruh peserta yang lain.
Kegiatan diskusi kelompok kecil dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Sebelum
diskusi dilangsungkan, pelatih menghimpun sebanyak-banyaknya informasi yang
berhubungan dengan pokok pikiran atau topik yang akan dibahas.
b. Pelatih
menyusun uraian suatu topik dan masalah yang ada berupa pernyataan-pernyataan
atau uraian pendek dalam bentuk cerita. Pada akhir uraian, pelatih melontarkan
masalah, baik dalam bentuk pertanyaan maupun dalam bentuk tugas yang harus
dikerjakan oleh masing-masing kelompok. Perlu pula dicantumkan lamanya waktu
yang disediakan untuk membahas topik itu.
c. Sebelum
meminta peserta untuk memulai diskusi, pelatih perlu menjelaskan topik yang
akan dibahas, tujuan pembahasan dan cara-cara diskusi secara demokratis, serta
mendorong semua peserta untuk ikut terlibat secara aktif dalam diskusi.
d. Kemudian
pelatih menyarankan agar peserta membentuk kelompok-kelompok yang terdiri dari
3-5 orang anggota. Dapat pula ditunjuk seorang yang menjadi pemimpin kelompok,
dan seorang yang menjadi penulis.
e. Pelatih
membagikan lembaran yang berisi uraian topik serta tugas atau masalah yang
harus dijawab oleh masing-masing kelompok, dan mempersilakan masing-masing
kelompok untuk melakukan diskusi. Pelatih perlu mengingatkan masing-masing
kelompok bahwa hasil diskusi mereka akan dilaporkan dalam kelompok besar atau
di hadapan semua peserta yang lain. Pelatih perlu pula mengingatkan peserta
lamanya waktu yang disediakan untuk melakukan diskusi.
f. Ketika
diskusi berjalan, pelatih perlu sesekali berjalan menghampiri kelompok-kelompok
yang sedang berdiskusi, dan memperhatikan jalannya diskusi. Ada kalanya pelatih
perlu memberikan arahan atau mengingatkan kembali topik yang sedang dibahas
kalau pembicaraan terlihat menyimpang dari yang diharapkan. Tetapi pelatih
perlu membatasi komentar yang diberikan. Penelitian menunjukkan bahwa
Keunggulan dan
Kelemahan Model Pembelajaran Partisipatif Serta Cara Mengatasinya.
Berangkat dari penjelasan-penjelasan di
atas, penerapan model pembelajaran partisipatif dalam proses belajar mengajar
harus memperhatikan tujuan yang akan dicapai, Pendidik harus mampu
mengkondisikan model pembelajaran partisipatif dengan karakter peserta didik
dalam proses belajar mengajar. Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan
kelemahan, oleh karena itu sebagai pendidik harus pandai dalam memilih model
pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Dalam
perkembangannya pendidikan orang dewasa saat ini lebih banyak menggunakan
metode partisipatif dimana semua pihak yang terkait dalam pendidikan dilibatkan
dalam proses pendidikan mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasinya.
Alasan mengapa dalam pendidikan sekarang banyak digunakan model pembelajaran
partisipatif, hal ini dikarenakan model pembelajaran partisipatif banyak
memiliki kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan model pembelajaran yang lain.
Akan tetapi sebaik-baiknya model pembelajaran tentunya terdapat juga
kelemahanya. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan beberapa
keunggulan-keunggulan, kelemahan dan cara mengatasi kelemahan model
pembelajaran partisipatif, sebagai berikut :
1. Keunggulan-keunggulan
Model Pembelajaran Partisipatif.
Model
Pembelajaran Partisipatif memiliki kelebihan dibandingkan dengan Model
pembelajaran yang lain, diantaranya adalah:
a. Keputusan-keputusan
dalam proses pembelajaran dibuat dengan melibatkan peserta didik atau pendidik
secara bersama, sehingga keputusan bersama itu lebih berbobot dan menjadi milik
bersama.
b. Peserta
didik lebih mengenal satu sama lain dan lebih akrab, sehingga akan mengurangi
hambatan komunikasi di antara mereka.
c. Proses
Pembelajaran menghasilkan pendapat atau gagasan yang lebih banyak dalam waktu
yang singkat, karena peserta didik berasal dari latar belakang yang
berbeda-beda.
d. Peserta
didik dapat mengevaluasi sendiri proses pembelajaran, baik yang berhubungan
dengan dirinya sendiri maupun pendidik.
e. Peserta
didik dapat memperoleh pengalaman belajar secara langsung dari proses
pembelajaran, khususnya pada teknik kunjungan lapangan.
f. Proses
dan hasil pembelajaran dapat dievaluasi sendiri oleh peserta didik.
g. Pendidik lebih
mudah mengenali karakteristik peserta didik, karena prinsip pembelajaran
partisipatif berpusat pada peserta didik.
2. Kelemahan-kelemahan
Model Pembelajaran Partisipatif.
Model
Pembelajaran Partisipatif disamping memiliki kelebihan-kelebihan juga tidak
lepas dari kelemahan-kelemahan yang bersifat mendasar dibandingkan dengan Model
pembelajaran yang lain, diantaranya adalah:
a. Peserta
didik sulit dikontrol mobilitasnya, karena kondisi kelas yang menjadikan
peserta didik terlalu proaktif.
b. Pendidik
harus lebih berkonsentrasi dalam proses pembelajaran, oleh karena fokus
pembelajaran berpusat pada peserta didik tidak pada pendidik.
c. Membutuhkan
alat bantu belajar yang cukup banyak, karena peserta didik dituntut untuk aktif
dan proaktif agar proses pembelajaran dapat mencapai tujuan yang ditentukan.
d. Penggunaan
model pembelajaran partisipatif tidak bisa lepas dari implementasi psikologi
belajar dan teori pembelajaran.46 Dengan demikian pendidik harus memiliki
pengetahuan yang lebih luas tentang psikologi belajar dan teori-teori
pembelajaran.
e. Kesediaan
peserta didik untuk memberikan kontribusi dalam pencapaian tujuan sulit dicapai
secara keseluruhan karena karakteristik emosional dan mental peserta didik yang
berbeda-beda.
f. Pendidik
ditempatkan pada posisi yang tidak serba mengetahui terhadap semua bahan
belajar, oleh karena Pendidik hanya memainkan peranan membantu peserta didik
dalam melakukan kegiatan belajar, sehingga terkesan pendidik kurang menguasai
materi pembelajaran.
g. Transparansi
dalam proses pembelajaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
menjadi tuntutan bagi pendidik untuk lebih bertanggungjawab besar atas
berhasilnya seluruh proses pembelajaran.
3. Cara
mengatasi Kelemahan Model Pembelajaran Partisipatif.
Setiap model
pembelajaran pasti mempunyai kelemahan-kelemahan tidak terkecuali model
partisipatifpun tetap memiliki kelemahan-kelemahan, oleh karena itu sebagai
pendidik harus mampu mencari solusi yang tepat untuk memecahkannya. Bercermin
dari kelemahan-kelemahan model partisipatif yang diuraikan diatas, maka cara
mengatasinya adalah :
a. Penataan
kelas yang responsif agar iklim kelas menjadi lebih baik sesuai dengan
kebutuhan belajar.
b. Pendidik
harus fokus kepada karakter psikologis dan mental individu peserta didik,
lebih-lebih menekankan pada pembelajaran individual secara sistematis.
c. Pemenuhan
dan kelengkapan alat bantu belajar yang cukup, agar proses pembelajaran dapat
mencapai tujuan yang ditentukan.
d. Pendidik
harus memiliki pengetahuan yang lebih luas mengenai psikologi belajar dan
teori-teori pembelajaran.
e. Memotivasi
semua peserta didik agar bersedia memberi kontribusi dalam pencapaian tujuan.
f. Meningkatkan
penguasaan materi pembelajaran bagi pendidik melalui pelatihan-pelatihan.
g. Menumbuhkan
mentalitas pendidik untuk lebih bertanggung jawab terhadap hasil belajar
melalui bimbingan mental.
boleh tau gak ini sumbernya dari buku apa?
BalasHapusTerimkasih..tolong informasikan..materi ini sumber dan literaturnya dari mana?
BalasHapusSumber nya darimana ini?
BalasHapusSUMBERNYA DARI MANA...YHA...
BalasHapusSumber bukunya ada gak?
BalasHapus